"Masuk Psikologi, Mau Jadi Peramal atau Berobat Jalan?" | Irvandias Sanjaya, Fakultas Psikologi UGM 2013

"Masuk Psikologi, Mau Jadi Peramal atau Berobat Jalan?"

Irvandias Sanjaya, Fakultas Psikologi UGM 2013


Psikologi. Kata orang, mereka yang masuk ke jurusan tersebut adalah dia yang memiliki dua kemungkinan. Yang pertama adalah dia memang ingin jadi seorang Psikolog, atau yang kedua adalah karena dia memiliki permasalahan dan ingin melakukan berobat jalan. Dua hal itu setidak yang menjadi impresi pertama saya ketika sedang melakukan ospek jurusan. Entah dalam konteks yang bercanda atau serius, namun setidaknya saya sedikit mengamini kedua hal tersebut dikarenakan 4 tahun telah berlalu dan silih berganti pengalaman menjadikan diri saya semakin melebur di dalam Psikologi itu sendiri. Terlepas dari itu, memang sejatinya saya menyadari bahwa saya sejak lama memiliki passion dalam bidang hubungan manusia. Entah apapun itu, selama saya masih bisa melakukan penelitian terhadap manusia dalam bidang hubungannya dengan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya, maka itulah yang akan saya pilih sebagai karir kedepannya.
Sebenarnya ilmu yang berhubungan dengan hubungan manusia kan gak cuma Psikologi aja. Ada Sosilologi, Antropologi, bahkan Komunikasi juga hubungannya dengan hubungan manusia. Terus kenapa Psikologi? Menurut saya, Psikologi merupakan ilmu yang komprehensif. Di Psikologi, kita gak cuma belajar tentang bagaimana melakukan hubungan interpersonal saja, namun juga bagaimana dia memiliki hubungan intrapersonal. Makanya jangan heran alasan ‘Berobat Jalan’ masih agak nyambung dengan hal ini. Di Psikologi pula, saya menemukan sebuah kebebasan hidup untuk menentukan karir saya kedepan. Karena ilmu yang sangat luas, maka peluang karir kedepannya juga akan sangat terbuka lebar.
Belajar apa aja sih di Psikologi?? Terkadang ini menjadi sebuah hal yang miss dimana sebagai orang awam, sering sekali kita menilai salah tentang jurusan Psikologi yang katanya bisa jadi peramal. Hah? Peramal? Bener gak sih? Hmmm… menurutku itu 100% salah. Peramal disini diartikan mentang-mentang kita anak Psikologi, terus kita bisa baca pikiran orang. Bukan begitu teman-teman cara anak Psikologi bekerja. Kita, sebagai anak Psikologi dituntut untuk menjadi seseorang yang Humanis. Humanis disini diartikan sebagai sebuah pertanda bagi seseorang yang bisa lebih berjiwa kemanusiaan dalam memperlakukan seseorang. Nah, gimana sih biar bisa jadi kayak gitu? Sebenarnya nanti, kalian akan diajarkan tentang pelajaran-pelajaran yang mungkin belum kalian pikirkan sebelumnya. Mulai dari : Biopsikologi, Psikometri, Psikologi Sosial, Kode Etik, Kesehatan Mental, dll. Dimana hal itu akan membuat temen-temen merasa jadi anak Psikologi seutuhnya.
Pengalaman seru dan tidak pernah dieskpektasiin dari awal datang silih berganti dari mulai aku bisa berkuliah di luar negeri dari Psikologi, berkenalan dengan orang banyak lewat jejaring yang tersedia, mendapatkan sebuah beasiswa, hingga menjadi Mahasiswa Berprestasi. Beberapa hal tersebut mewarnai lika-liku kehidupanku di Psikologi selama hampir 4 tahun kebelakang. Ketika teman-teman berbicara Psikologi, juga tidak bisa terlepas berbicara masalah kebanyakan dari mahasiswanya adalah perempuan. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri namun disatu sisi kamu (laki-laki) aku jamin tidak akan pernah bosan untuk datang ke kampus karena temen2 akan bertemu dengan banyak perempuan-perempuan yang membuat kalian semakin bersemangat. Diangkatanku saja perbandingannya sampai 1 : 5 (1 cowok berbanding 5 cewek) dan disana teman-teman bisa membayangkan bagaimana ☺
Jujur, ekspektasi awalku masuk Psikologi secara implisit adalah supaya terhindar dari yang namanya pelajaran IPA dan Matematika. Namun hal tersebut malah menjadi sebuah boomerang yang mana pada saat kuliah justru saya bertemu dengan kedua hal tersebut yang membuat hal itu menjadi sebuah momok bagi diri saya untuk tetap bisa survive. Terutama untuk pelajaran Biopsikologi yang memang basicnya adalah Biologi. Sungguh-sungguh tantangan terbesar.
Menjadi seorang pekerja sosial adalah pilihan hidup yang akan saya pilih setelah nantinya lulus dari Psikologi. Namun sebelum mencapai tahap tersebut, saya memilih untuk mengabdikan diri saya didalam Indonesia Mengajar selama satu tahun untuk memperdalam pengetahuan saya akan permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia. Barulah setelah itu saya berniat untuk melanjutkan studi S2 di University of Pennsylvania untuk mengambil study master Master of Social Work hingga barulah setelah itu kembali ke Indonesia.

Untuk masalah menyesal atau tidaknya, sepertinya bisa dibilang masuk ke Psikologi adalah sebuah keberkahan tersendiri yang Tuhan berikan kepada saya untuk bisa mengabdikan diri kedalam hal-hal yang menunjang kebermanfaatan. Karena saya yakin mungkin jika saya tidak masuk ke Psikologi, mungkin saya tidak menjadi Irvandias yang seperti saat ini. Dosen saya pernah mengatakan bajwasanya menjadi seorang sarjana Psikologi itu adalah sebuah hal yang nantinya pasti akan dibutuhkan oleh masyarakat. Kenapa? Berdasarkan penjelasan beliau, selama manusia masih dibutuhkan keberadaannya, maka seorang lulusan Psikologi masih pula dicari dalam dunia kerja. Dan untuk masalah pekerjaan, menjadi seorang Psikolog, HRD, Trainer adalah tiga hal yang menjadi hal yang common menjadi seorang lulusan Psikologi.
Share on Google Plus

About Unknown

0 comments:

Post a Comment