Perjuanganku Untuk Tetap Berkuliah | Risnu Meidianto R.A., Manajemen Kebijakan Publik, FISIPOL UGM


Hi Guys..
Gimana kabarnya?
Salam hangat dan salam cinta dari saya buat seluruh pelajar dan calon mahasiswa di seluruh Indonesia.
“Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (Q.S. Al Ankabut 1-2)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuanya…..” (Q. S. Al Baqarah 286)
Kalau kata pepatah mengatakan sejarah akan diukir oleh pelakunya. Maka di sini aku akan mengukir sekelumit kisah perjalanan dari satu episode perjalanan sejarah kehidupanku di dunia ini.
Saat duduk di bangku SMA, aku merupakan pribadi yang pendiam dan pemalu. Mungkin karena bentukan dari keluargaku yang  seperti ini, al hasil otomatis akan mempengaruhi sifat diriku ini. Sejujurnya aku tak menyesali akan hal ini, karena aku yakin Allah punya maksud kenapa aku berkembang dengan sifat seperti ini.
Ceritanya, saat di bangku SMP aku bukanlah tipikal orang yang suka dengan organisasi, terbukti dalam track recordku di SMP, nggak pernah tuh terdaftar di organisasi resmi, hanya saja memang aku menggugurkan kewajibanku ketika di SMP harus memliki nilai ekstrakurikuler minimal dua di rapor. Hanya itu. Belajar, pulang, kongkow, dan sekelibat akivitas sambil menatap sekolah masa depanku yang hanya sepandang mata di depan SMP ku dulu. SMA N 1 Pekalongan. Itulah kebiasaan ku di SMP.
Lantas, nyatanya salah satu cita-cita ku terkabul dan didengar oleh Allah. Masuklah diriku ke sekolah yang dulu selalu aku pandangi ketika pulang sekolah di SMP. Iya. Jadilah murid SMA N 1 Pekalongan, yang saat itu masih menyandang RSBI, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. SMA yang dulu katanya paling favorit di kota kelahiranku.
Kelas X berjalan seperti biasa. Penyesuaian, adaptasi, bertemu kenalan baru, bertemu guru-guru baru, menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri sekolah yang katanya favorit ini dll. Nampak nyata memang, aku harus berjuang ekstra keras untuk menggapai ranking di kelas. Selalu mendapat peringkat 3, dan malunya, aku selalu dikalahkan oleh dua orang wanita tangguh di kelas ku. Namanya Almira Putri Oldia dan Esti Widyastuti. Saat itu pun aku udah jadi ketua kelas dan dipercaya teman-temanku.
Nah mulai dari sinilah aku bener-bener bertemu, belajar, dan merasakan langsung kegiatan keorganisasian. Saat SMA jujur sangat bingung dalam menentukan pilihan organisasi yang ditawarkan, “lha wong ono 15 organiasi dengan ciri khas dhewe”, ungkapan bahasa jawa ku dalan hati saat itu. Akhirnyalah kupilih organisasi Pramuka sebagai ekstrakurikuer wajibku dan Remaja Masjid Al ‘Alim atau yang biasa disebut dengan RaMA sebagai organisasi ku yang lain. Cukup dua karena sudah agak padat dengan nyambi kepanitiaan ad hoc lainnya.
Pramuka karena sekalian ekskul wajib yang harus dipenuhi, dan kenapa RaMA karena dulu ketika SD dan SMP dirumah, aku sering denger kata-kata RaMA dari kakak kandungku yang saat itu juga masih menempuh pendidikan di SMA N 1 Pekalongan dan bapakku. Terus bisik hati kecil ku, “masuk aja Ris. Penasaran kan?” hanya karena alasan itu eheheh. Dari RaMA lah diri ini tersibghoh oleh celupan-celupan hidayah perubahan dari Allah.
Yaaa laiknya, anak-anak biasa yang lagi polos dan tak tau apa-apa, prinsip ku mah jika aku udah memilih sesuatu aku akan komitmen dan berkonsekuensi dengan pilihanku. Ada acara di kedua organiasasi itu, yaaa….. aku ikutin dan jalani dengan enjoy. Dari mulai kemah, galang tangguh pramuka, bersih-bersih masjid, tafakur alam, silaturahim antar rohis, lintas wana pramuka atau SWAPRA, duroran dan masih banyak kegiatan lain.
Ku bertemu orang-orang baik di RaMA, ku bertemu orang-orang yang tulus di Pramuka, ku menemukan persaudaraan keimanan di RaMA, ku menemukan kerekatan sebuah keluarga di Pramuka, ku menemukan keikhlasan dan pengabdian di RaMA, ku menemukan perjuangan di Pramuka. Dan masih banyak lagi yang kudapatkan dari kedua organisasi yang telah membesarkanku hingga sekarang atas izin Allah SWT itu.
Hingga akhirnya kegalauan merasuki pikiran dan jiwa ku. Saat akan memasuki waktu suksesi organisasi, nampaknya diriku ini yang biasa-biasa aja, yang hanya mengikuti acara karena undangan, dan tak pernah memikirkan hal yang lebih jauh lagi, terpilih menjadi bakal calon ketua organisasi di kedua tempat itu. Pramuka dan RaMA. Betapa bingung nya diri ini, lantas mana yang harus aku pilih diantara keduanya? Kenapa aku bisa terpilih? Bagaimana nanti kedepannya? Apa? Kenapa? dan Bagaimana? Selalu terlintas dalam pikiranku.
Aku mencoba mengadukannya kepada Sang Pemilik Hatiku, Allah SWT di setiap ibadah-ibadah ku. Mengharap petunjukNya agar aku bisa tenang dalam menjalani hidupku. Nampaknya Allah mengarahkan ku untuk lebih memilih kepada RaMA, akan tetapi dengan tidak meninggalkan Pramuka juga. Kuputuskan itu. Sebenarnya bukan ini saja, kegalauan ku yang lain adalah ketika pemilihan jurusan di kelas XI. Apakah saya akan ke IPA atau ke IPS. Harapan orang tua, terutama bapakku sih pengennya ke IPA, akan tetapi pribadi ku ini cenderung ke IPS. Kalau Ibu, beliau hanya membebaskan ku, mau pilih mana. Sama akhirnya Allah juga memberikan tanda kepadaku agar aku bergabung dengan kelas IPS. Kelas yang katanya menghasilkan anak-anak nakal, karena input yang dimasukkan adalah orang-orang yang gagal mencapai nilai di kelas IPA, yang mau nggak mau dia harus masuk di kelas IPS yang bisa jadi bukan passionnya. Secara pribadipun aku ingin merubah persepsi ini di semua kalangan yang memfirasati buruk kepada kelas IPS.
Masuklah di kelas XI IPS 1, dan nampaknya Allah juga memberiku amanah yang lebih berat pula. Menganugerahkan jabatan “tersuci” di sekolahku, ketua RaMA. Mengapa “tersuci”? kerana ketua RaMA telah dianggap oleh hampir seluruh kalangan sekolahku adalah orang yang terbaik, sholeh, dan akan selalu dihukumi oleh teman-teman lainnya. Maksudnya, ketika perilaku ketua RaMA akan menjadi referensi hukum perilaku oleh teman-teman lain. Apakah perilaku itu boleh atau perilaku itu tidak boleh. Gampangnya. Kan ngeri sekali. Ahh Allah punya narasi indah dalam kehidupanku. Akhirnya mau nggak mau aku pribadi harus memenuhi ekspektasi dari para penghuni sekolahku. Bahkan aku masih ingat ketika diumumkan hasil dari suksesi RaMA, ba’da Sholah Shubuh berjamaah di masjid Al ‘Alim SMA N 1 Pekalongan, nama Risnu Meidianto Rahmat Alviani terpilih menjadi Ketua Ikhwan RaMA sekaligus menjadi Ketua Umum. “Mak deg” dilanjutkan dengan pidato iftitah dan penandatanganan berita acara. Aku juga masih ingat moment-moment itu ketika diri ini mengucap”Innalillahi wa inna ilaihi roojiun. Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah pula” inilah kalimat pertama yang kuucapkan di waktu Shubuh yang ditemani kicauan burung-burung di depan pohon masjid yang rindang itu.
Dari sinilah, keajaiban-keajaiban Allah dimunculkan dalam kehidupan ku. Apa saja itu? Ok. Tadi di awal sudah aku nyatakan bahwa aku bukanlah seorang organisatoris ulung, aku tidak memiliki track record organisasi di SMP, lha nyatanya baru tau organisasi aja ketika SMA plus langsung jadi ketua umum pula. Dan aku termasuk orang yang seringkali tertokohkan di kelas-kelasku. Karena rankingku, atau sifat pribadiku. Saat kelas X, diri ini sudah mengincar berbagai macam lomba dan beasiswa yang bersliweran. Al hasil, kelas X aku mengikuti dua lomba yang prestisius saat itu. Adalah lomba cerdas cermat 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara dan lomba OSN, khususnya di bidang Ekonomi. Akan tetapi, nampaknya Allah sedang melatihku, membiasakanku, dan membuka cakrawalaku terkait dunia perlombaa. Aku masih gagal.
Jelas, Allah buka kan karunia di waktu lain. Pertama di semester I kelas XI IPS, aku tak terkalahkan di kelas. Peringkat 1. Membalaskan dendamku, ketika dulu nggak bisa dapet peringkat 1. Lantas hal mencengangkannya, aku juga masuk peringkat 1 paralel kelas XI IPS, yang ada dua kelas terdiri dari total 51 anak itu. Dampaknya, aku mendapatkan beasiswa bebas biaya bulanan 1 semester. Saat itu besaran iuran bulanan sekolahku adalah 250 ribu per bulan. Kali enam saja hasilnya sudah berapa.
Kedua, aku ikut lomba Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia yang penuh dadakan,karena baru dapat surat edaran 1 bulan sebelumnya. Kugaraplah dengan timku, atas kesepakatan guru sosiologi kami pak Mudhoaf. Juara 1 di kota dan melenggang ke Provinsi. Atas izin Allah, tim kami menyabet juara 1 dalam bidang Humaniora, mengantongi hadiah 5 juta. Narasi yang menurut menakjubkan, karena beberapa dari kita membiasakan sholat malam saat berlangsungnya perlombaaan. Nampaknya Allah mendengarkan rintihan doa dan hati tim kami. Kedua, ikut lomba cerdas cermat lagi yang punya format berbeda. masih 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara Cuma pihak penyelenggaranya berbeda. kami melenggang dengan mudah di kota, masuk di tingkat karesidenan di Tegal.
Setelahnya, ikut lomba OSN Ekonomi tingkat kota, yang kebetulan tempatnya di SMA ku sendiri. Mencoba iseng-iseng memasukkan proposal business plan untuk mengikuti perlombaan dalam rangka Diesnatalis Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB. Lolos pula proposal kami, masuk 20 besar dan harus dipresentasikan di Bogor bulan Mei.
Luar biasanya, ketika kedua lomba tadi harus berdekatan pelaksanaannya. Aku kadang pusing dan bingung kembali. Membagi pikiran ku ini. Lihat saja ketika hari ini saya pergi ke Semarang mengikuti acara Gelar Prestasi SMA/SMK se provinsi mewakili sekolah, besoknya aku harus bertanding LCC di Tegal melanjutkan estafet kejuaraan di Kota. Kemudian malam habis dari Tegal itu, aku harus bersiap berangkat ke Bogor, karena tiket sudah ditangan. Naik bus Lorena pukul 23.00 WIB. Betapa kalutnya diri ini, but Allah mudahkan semua. Dalam perjalanannya ke Semarang ikut GIPSS itu, aku membawa bahan materi perlombaan, jadi sambil di mobil sambil ngafalin UUD beberapa ayat, beberapa TAP MPR/MPRS beserta penjelasannya dan materi-materi lain yang dibutuhkan. Lantas ketika tanding di Tegal nampaknya Allah, masih menahan kemenangan tim kami, yang sebenarnya itu bisa menjadi hadiah terakhir kami untuk Pak Nadhirin selaku guru PKN dan pembimbing LCC satu-satunya disekolah, karena kepensiunannya. Kami cuma bisa memperesmbahkan juara 1 di tingkat kota saja. Maafkan kami pak. Malamnya, habis tanding LCC di Tegal, masih membawa rasa bersalah, aku harus menyiapkan mental untuk menghadapi lomba di IPB ini. Karena dulu, tim IPB ini adalah tim dadakan, jadi aku menggaet 1 rekanku yang dulu bareng OPSI denganku dan 1 lagi aku mengajak 1 temanku. Lomba ini berbasis ekonomi dan presentasi hasil proposal bisnis kami. Jadi, dengan basic ilmu ekonomi OSN ku, aku menjadi tumpuan sekaligus ketua di tim ini.
Bogor, kota yang sejuk dan kota hujan. Kami datang. Dengan bekal seadanya. Mengikui rangkaian perlombaan dengan antusias dan semangat, karena ini adalah moment penting dan berharga dalam hidupku. Benar, perasaanku. Setelah presentasi hasil proposal, kami mengerjakan soal-soal berbau OSN Ekonomi, yang kedua rekan ku itu hanya bisa melompong, dan kusuruh tuk membantu dengan do’a saja. Besoknya, giliran menggarap pilgan terkait ilmu manajemen, kemudian suruh dah jualan produk yang dirahasiakan panitia. Yang dinilai, yang habis, kecepatan waktu, keuntungan, dan dekorasi stand. Sangat-sangat melelahkan. Tapi diriku dan rekan ku tak menyerah. Hingga Allah perkenankan kami, masuk 5 besar untuk tanding final. Di depan podium saat penutupan. Lantas saat itu kami langsung menghubungi keluarga terdekat kami, teman-teman dan guru kami di sekolah tuk selalu mengiringi do’a saat kita bertanding. Alhamdulillah wa syukurilah, kami bisa menyabet juara II, kalah tipis dengan SMA Taruna Nusantara, musuh bebuyutan sekolah ku keika lomba. Sangat melegakan sekali. Pertama kali ikut lomba nasional, pun bisa langsung membawa piala, uang pembinaan dan kehormatan nama sekoah di kancah nasional.
Tak hanya itu, keajaiban Allah masih berlanjut. Di kelas XII, aku masih diperkenankan untuk mengiktui dua lomba terkahir ku, yaitu lomba Siswa Berprestasi dan OPSI 2013. Semuanya mendulang juara I. akan tetapi yang dilanjutkan Cuma OPSI. Saat itu di Salatiga. But, ketika di Provinsi, kami hanya cukup menduduki peringkat 7 dari 30 kontestan saja. Dengan persiapan yang sangat mendadak pula ketika mendapat surat edaran. Setidaknya telah mendapat banyak pengalaman.
Jadi, ketika ruhaniyah ku terjaga dengan bergabung di Rohis dan menjadi Ketua Umumnya, skill organisasi ku terasah dengan sangat pesatnya, prestasi di dalam kelas tak tertinggal. Apalagi pentas kejuaraan di luar sekolah telah menghasilkan beberapa piala ke sekolah tercinta, dan mengantongi uang saku yang lumayan banyak. Itulah keajaiban dari Allah yang telah aku rasakan di bangku SMA.
Puncaknya, aku memiliki cita-cita untuk masuk UGM saat itu masih mau masuk Akuntansi sih. Akan, tetapi ternyata yang menginginkan akuntansi sangat banyak di kelas IPS, satu sisi aku sangat sedih, tapi di sisi lain aku sangat iba dengan teman-teman ku. Aku nggak mau saingan sama temanku dan “membunuh” mereka satu per satu. Akhirnya, di awal kelas XII, aku mulai cari dan nanya-nanya jurusan di UGM yang IPS dan tidak diminati oleh orang lain. Ketemulah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik. Saat itu aku juga nemu tuh kakak tingkat ku yang ke sana, namanya Moch. Dwie Alfian. Anak IPS juga. Ku closing beliau dan ku cecar dengan berbagai macam pertanyaan terkait jurusan. Setelah sekian kali pendekatan dan memberikan banyak pertanyaan. Mantaplah diriku untuk memilik jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik.
Sekali lagi ku mantapkan hati ini, ku mendekatkan diri kepada Sang Penciptaku, ku coba bangun komunikasi dengan orang tua, dan keluarga besar. Saat pemilihan SNMPTN di sekolah, ku pilih UGM dan jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik. Ikhtiar telah dilakukan, tawakal akhirnya berjalan, tak lupa pengetukan pintu-pintu langit terus di intensitaskan setiap waktunya. Hingga pada bulan Mei, saat membuka portal SNMPTN di warnet, aku dinyatakan lolos SNMPTN UGM Manajemen dan Kebijakan Publik. Alhamdulillah wa syukurilah. Semua keluargaku bersuka cita atas kabar ini, kami pun bersujud syukur bersama. Setidaknya aku bisa menemani kakak ku di Jogja sana.
Oke. Kita menuju ke initi. Pertanyaan, kenapa sih aku memilih jurusan ini?
Sebenarnya alasan utamanya sudah ku jelaskan tadi, aku menghindari pertempuran dengan teman ku sendiri di sekolah sesuai dengan mekanisme pendaftaran SNMPTN. Kemudian alasan selanjutnya adalah ketika mendengar nama jurusan ini nampaknya akan belajar berkaitan dengan manajemen dan kebijakan publik. Iya. Dulu, aku pernah bercita-cita menjadi seorang menteri, mungkin bisa jadi ini menjadi basic dasar akademis aku untuk memulai karir menjadi seorang menteri kelak..
Belajar apa saja?
Pertama, Manajemen dan Kebijakan Publik ini masuk di Fakultas Ilmu Sosial dan llmu Politik, maka kami mempelajari ilmu-ilmu politik dasar dan ilmu-ilmu basic di perguruan tinggi. Kemudian ada dua hal besar yang dipelajari dalam jurusan ini. Manajemen Publik dan Kebijakan Publik. Manajemen Publik ini akan sangat kental dengan ilmu manajemen di fakultas ekonomi dan bisnis, cuma lokusnya kita lebih kepada organisasi publik, semisal kebirokratan dan pemerintahan-pemerintahan daerah maupun pusat. Untuk kebijakan publik ini diajari logika mendasar kebijakan publik dari awal hingga akhir dan penerapannya di berbagai bidang. Tak tertinggal ilmu dasar tentang keoranisasian, dimuai dari teori, konsep, logika dasar, dan lain-lain
Pengalaman apa yang didapein?
Banyak sekali pengalaman yang kudapat. Hingga semester 6 ini. Ya adalah pengalaman manis dan pahit yang kualami, tapi aku selalu melihat itu semua sebagai sarana pembelajaranku yang telah disediakan oleh Allah SWT
Hal yang paling disyukuri?
Aku bersyukur, aku merasa ilmu-ilmu itu bisa langsung aku aplikasikan ketika aku berkiprah di kegiatan akivisme mahasiswa baik di internal kampus mapun eksternal kampus. Aku benar-benar sangat bersyukur. Kemudian bisa berkesempatan untuk bertemu orang-orang terbaik di Indonesia ini dalam kampus UGM khususnya dan Yogyakarta pada umumnya. Menimba ilmu-ilmu terbaik di tempat ini. Laiknya, telah tersedia banyak hikmah dan pelajaran yang bisa aku ambil dimana-mana
Life Plan setelah kuliah ya?
Salah satu cita-cita ku adalah menjadi seorang menteri kelak. Seorang menteri yang “berbeda” dengan menteri-menteri lainnya. Tercelup banyak sibghoh Allah dalam diriku. Bisa memberikan banyak manfaat untuk rakyat Indonesia. jadi target aku lulus di tahun 2018. Kemudian aku ingin melanjutkan studi lanjutku, pascasarjana, baik nanti di UGM sendiri atau jika Allah menghendaki aku ingin meluncur ke Eropa, Jepang atau Australia. Namun, dalam mewujudkan itu aku harus bekerja terlebih dahulu, mengingat finansial orang tuaku yang tidak terlalu mumpuni. Aku akan menjadi seorang penulis lepas, kemudian akan berbisnis yang bisa memandirikan ku, serta menjadi pembicara beskala daerah dan bahkan nasional. Karena aku memiliki ketertarikan dengan tema-tema tertentu.
Nyesal gak?
Apapun Yang Terjadi Aku Tidak Akan Menyesal. Aku tau Allah pasti akan memberikan banyak kebaikan dan pelajaran kenapa aku bisa masuk di MKP ini. Mungkin tugas “suci” yang akan aku emban kelak, atau hal-hal lain yang aku juga tidak tau. Cuma tugas aku sekarang adalah bisa berjalan dengan langkah yang terbaik untuk selalu menjemput keinginan-keinginan Allah SWT.
Prospek kerja ya?
Sebenarnya MKP dan jurusan di FISIPOL pada umumnya memiliki lokus atau tempat kerja yang sangat luas. Di birokrasi, itu makanan kita, jadi bisa masuk di pos itu, otomatis PNS kan yaa. Terus di NGO, Non Government Organization di berbagai sektor juga bisa, atau menjadi analisis kebijakan di sektor negeri atau swasta. Atau mau menjadi akademisi aau peneliti juga bisa. Apapun bisa tinggal keinginan kita mau pilih mana.
Dalam kuliah ku ada pengalaman luar biasa yang diberikan Allah kepada ku untuk menjadi insan yang lebih baik lagi, untuk mencapai kualitas yang lebih tinggi. Iya. Yang sampai sekarang pun masih ku alami, saat awal kuliah aku mendapat UKT level maksimal membayar biaya sebesar 6juta rupiah tiap semester, awalnya orang tua ku masih bisa membayar sampai semester II, walaupun untuk biaya hidupku nggak terlalu banyak, sampai aku sendiri harus mencari uang tambahan di lur pemberian orang tua ku itu. Pas awal, aku juga ada orang tua asuh di Jogja yang sangat baik hati memberikan beasiswa keci-kecilan kepada aku. Setidaknya cukup untuk menjalani kehidupanku di kuliah.
Hingga pada suatu massa, ketika aku naik ke semesster III, lantas di susul oleh adek kandungku yang juga diterima di fakulas yang sama denganku Cuma di jurusan yang berbeda yaitu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Saat itu dia juga kena di UKT maksimal sebesar 5,5 juta. Jadi total saat itu orang tua ku harus menyediakan uang fresh 11,5 juta hanya untuk membayar biaya kuliah kami saja. Untuk biaya hidup, biaya kos, biaya buku, biaya bensin dan biaya pulsa belum dihitung, hingga orang tua ku saat November 2015 telpon pada ku biang, “Le bapak ibu untuk semester depan, semester IV mu nggak bisa bayar kuliah, ini sekarang juga lagi sakit, jatuh dan nggak bisa kerja sejak 1 bulan lalu”. JEDAR!!! Walapun aku sok tabah di tepon dengan orang tua ku itu, akan tetapi, aku langsung menangis tak hentinya, “Ya Allah, bagaimana ini?, aku bingung, Ya Allah. Aku pasrah padamu.” Begitu pintaku sama Allah. Aku juga bingung menyampaikan hal ini kepada adekku dan kakak ku di kosan. Kusampaikan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya kami bertiga berjuang dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang 11,5 juta dan biaya hidup kami.
Perjuangan mencari dan mengapply beasiswa kami lakukan, bekerja paruh waktu juga aku dan adikku lakukan, aku juga masih aktif di lembaga dakwah fakultas, ikut NGO di luar kampus. Bekerja dari jualan pulsa, jualan buku, reseller pakaian, jadi kontributor suatu portal berita, jualan donat keliling, ngajar TPA, ngajar les, magang di lembaga zakat dll. Semua kami lakukan. Aku dan adekku. Hingga Allah perkenankan memberikan bantuannya lewat teman dan sahabat kami, bulan Januari 2016 mereka semua tanpa sepengetahuanku memberikan donasi yang telah dikumpulkan beberapa bulan sebelumnya. Hingga jumlah donasi yang diberikan ku mencapai 15 juta. Masyaa Allah, hanya dalam waktu sangat singkat Allah tunjukkan kekayaannya. Allahu Akbar. Keluarga besar kami sangat bersuka cita. Allah gerakkan teman dan sahabatku untuk melakukan ini.  Begitu mudahnya bagi Allah. Akhirnya ancaman yang akan menimpa aku dan adekku tidak terjadi, ancaman kami akan cuti kuliah satu semester. Allahu Akbar. Maha besar Allah.
Tak hanya itu, dengan peristiwa itu bapak dan ibu sudah tidak mengirimi uang hidup kami untuk kuliah, uang kos, uang makan, uang bensin, uang pulsa dll. Tapi Allah mengganti itu semua. Dengan perjuangan keras aku dan adekku, menjemput rizki Allah yang begitu luar biasa banyaknya. Satu per satu kabar kami diterima beasiswa berdatangan. Akhirnya aku dapat beasiswa asrama LPI gratis asrama, dapat pembinaan dan dapat uang saku, dapat dari RZIS UGM, masuk penerima beasiswa dan magang di LAZIS UII sampai lulus, dapat beasiswa aktivis Yayasan Rumah Peneleh, dapat beasiswa Komisi Peduli Kawan (KPK) UGM. Kemudian masih bertahan dengan menjual pulsa sampai sekarang. Pernah bekerja sebagai kontributor suatu portal berita, mengajar anak-anak TPA, dan terakhir menjadi asisten pribadi seorang Konsultan Pendidikan Swasta. Allahu Akbar. Adekku juga sama. Dapat beasiswa Dompet Dhuafa, beasiswa dari Yayasan Syuhada, bersama mendapat beasiswa dan permagangan di LAZIS UII, terkahir beliau dapat beasiswa KSE. Beliau juga bekerja paruh waktu mengajar les. Lagi-lagi Allah Maha Besar, Allah benar-benar Maha Baik dan Maha Santun. Allah tidak akan menyia-nyiakan para hambaNya yang telah berusaha dengan keras. Hingga sekarang 2017 kami sudah mandiri. Biaya hidup sendiri, tak pernah meminta orang tua kami. Kami juga menyicil biaya UKT kami sendiri. bahkan kami beberapa kali memberikan uang kepada orang tua kami di rumah. Aku pun bisa mengatongi biaya sampai 2 juta lebih sampai saat ini. Ahh…Allah memang luar bisa menstradarai narasi kehidupan ku dan keluargaku.
Sesuai dengan firman Allah yang sudah aku paparkan di atas, yang mewarnai perjalanan hidupku
“Alif Lam Mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (Q.S. Al Ankabut 1-2)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuanya…..” (Q. S. Al Baqarah 286)
Lantas mau minta kita nggak di uji sama Allah? Jangan mimpi deh. Ehehehe. Kalau begitu maka jatah umur kita sudah habis, karena itulah batasan maksimal manusia, ketika di uji sama Allah.
Selalu libatkan Allah dalam setiap nafasmu, setiap gerakmu, setiap langkahmu, setiap keputusan mu, setiap lisan mu, setiap keadaan apapun yang menimpamu, setiap dimanapun kebaradaanmu.
Tetap berjuang di atas jalur dan syariatNya. Nantikan keberkahan-keberkahan akan menemui Anda. Itulah karunia Allah. Sayang Allah sama kita
So, Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus.

Seee you on top guys ^.^
Share on Google Plus

About Unknown

0 comments:

Post a Comment