Nilai UN Matematika 4.5, tapi Masuk SNMPTN ITS dan Hampir Lolos Beasiswa NTU, Kok Bisa? | Diyan Wahyu Pradana, Sistem Informasi ITS 2013





Pasti Bisa, jawab seorang mahasiswa ITS tingkat akhir yang saat ini (Juli 2017) sedang riset tentang Public Participation & IT Change Management di Kantor Staf Presiden Republik Indonesia.
Pak Jokowi, Makan Bubur Sumsum
Wahai Pembaca yang kucintai, Assalammualaikum! (garing, lawakan tahun 2010)
Perkenalkan, saya Diyan Wahyu Pradana, belum alumni Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) angkatan 2013. Saya berasal dari kota kecil penyumbang minyak terbesar di Indonesia, Blora, Jawa Tengah. Selain kaya akan minyak, kota kecil tempat saya berasal juga kaya akan budaya, salah satunya yang fenomenal adalah budaya samin. Sebagai wong jowo yang tinggal di dataran rendah dikelilingi pegunungan Kendeng, logat dan unggah ungguh jawa sangat kental pada diri saya. Pun ketika saya diamanahi exchange student atau sekedar presentasi di konferensi Internasional, saya masih terlihat njawani dengan logat khas saya menurut beberapa rekanan Indonesia di sana.
Mimpi Adalah Kunci

Sahabat seperjuangan angkatan 2013 Sistem Informasi ITS



“Life is never ending learning”. Ungkapan itu cucok dengan diri saya. Sebenarnya, kehidupan saya tidak terlalu menarik, hanya saja dibumbui dengan kenakalan, kecerdikan dan kekonyolan agar terlihat indah dan menggemaskan saja. Waktu SD, dari memimpin tawuran antar SD hingga juara lomba Pendidikan Agama Islam tingkat kecamatan pernah saya alami. Di SMP, jiwa aktivis saya tumbuh seiring hobi saya, main game Counter Strike, Point Blank & hacking billing warnet. Saya dan teman – teman se-pemikiran menginisiasi Persatuan Remaja Islam Blora (PRIB), sebuah forum yang mewadahi pergerakan dakwah dan sosial pemuda islam se-Blora. Kemudian di awal pendirian forum tersebut, saya diamanahi menjadi wakil ketua karena saya ditunjuk oleh ketua & tidak ada yang bersedia menjadi wakil ketua. Sejak SMP itu, saya mulai tahu bagaimana memimpin forum, memotivasi staf & bervisi jauh.
Pasca SMP, saya diterima di SMA yang notabene favorit. Saya mulai menyinkronkan pengalaman yang saya dapat dengan pelajaran SMA. Kemampuan softskill dari organisasi, saya terapkan ketika diskusi & presentasi pada saat mengikuti mata pelajaran di SMA. Alhasil, performa akademik saya prima di tahun pertama. Hingga, saya pun diamanahi oleh senior dan guru Agama Islam untuk mengurus sie Kerohanian Islam OSIS SMA & ROHIS SMA. Di tahun ke-dua, mayoritas aktivitas saya habiskan di organisasi dan kompetisi. Tercatat, saya pernah masuk TV di acara debat bahasa inggris perdana TVRI, meraih kejuaraan bidang lomba seni pagelaran, menjadi delegasi pelatihan dakwah se karesidenan sampai ditunjuk sekolah menjadi pemeran “dukun” dalam tradisi budaya Kirab di Blora. Konsekuensinya, akademik saya agak tersingkirkan.

Mendapatkan penghargaan dari Markplus pada acara Indonesia Marketeers Festival 2016



Di tahun selanjutnya, saya belajar lagi dari nestapa tahun sebelumnya. Saya mulai memahami kejanggalan yang saya alami dulu bahwa ketidakseimbangan performa akademik dengan organisasi disebabkan oleh ketidaksinkoranan waktu dan prioritas yang saya curahkan. Kebetulan di tahun ke-tiga, saya purna tugas organisasi. Sehingga, saya dapat fokus belajar & mendesain mimpi pasca SMA saya. Pelajaran eksak, bahasa inggris & komunikasi memang santapan yang saya sukai. Namun seperti kebanyakan orang, apabila terlalu kenyang, saya menjadi mager alias bosan menyantap masakan ilmu itu. Untuk mengatasi problem tersebut, Refreshing tidak pernah saya lupakan. Mengaji, Hafalan, touring, street basketball, futsal, silaturahmi, dsb saya anggap refreshing selain itu juga kebutuhan bagi saya.
Untuk Kita Menaklukan Dunia
Ketika SMP sampai SMA dulu, saya bercita – cita menjadi presiden. Dari cita – cita saya, saya menarik benang langkah. Benang langkah ini yang menjadi track baby step saya meraih cita – cita. Perhelatan laga dalam diri pun dimulai di tahun ke-tiga SMA. Saya mempersiapkan UN sejak semester pertama, sambil mengumpulkan data seluruh Perguruan Tinggi Kedinasan, seluruh Perguruan Tinggi Negeri, beberapa Perguruan Singgi Swasta dan beberapa peluang kerja. Pada waktu semester kedua, saya mengetahui beberapa PTK dan PTS membuka jalur pendaftaran gelombang pertama baik undangan maupun reguler. Saya mulai mengirimkan aplikasi pendaftaran saya ke beberapa PTS dan PTK di antaranya STTD, STAN, STIS, STIP Jakarta, PIP Semarang, IPDN, Akademi Analis Kimia Bogor, UMY, UMS, UPN dan UII. Untuk PTN, saya menggunakan strategi SKSD. Waktu itu, saya mulai mendekati teman – teman saya yang mengikuti bimbel untuk meminjam buku daftar PTN se Indonesia, buku pelajaran UN dan soal soal UN dari Bimbel. Saya siapkan tools tersebut beberapa bulan sebelum saya berperang di medan SNMPTN dan UN.
Dari buku PTN tersebut, saya membuat lebih dari 50 opsi pendaftaran SNMPTN. Setiap opsi berisi 3 sampai 4 jurusan dengan 2 perguruan tinggi negeri yang berbeda. Salah satu dari 50 lebih opsi pendaftaran ini, nantinya akan saya pilih berdasarkan precised analysis dan istkhoroh. Opsi pendaftaran itu tidak saya buat serta merta. Tak lupa berkaca, saya juga menghitung nilai saya untuk disinkronkan dengan Jurusan dan PTN di opsi pendaftaran tersebut dengan constraint peraturan SNMPTN pada waktu itu. Selain berkaca, saya juga memastikan setiap jurusan yang saya daftar merepresentasikan passion saya dan sesuai track baby step. Hingga menit – menit SNMPTN pun tiba, saya dengan teguh mengisi jurusan di borang pendaftaran : pilihan pertama ITS Sistem Perkapalan Double Degree Hoschule Wismar University Germany, pilihan kedua ITS Sistem Informasi, pilihan kedua Geologi Universitas Jendral Sudirman dan pilihan ketiga Biologi Universitas Jendral Sudirman.
Setelah terpecah fokus dengan SNMPTN selama satu setengah bulan, bulan selanjutnya saya benar – benar fokus dengan UN. Sefokus – fokusnya saya, tetap saja terkadang saya melirik ke sana kemari. Sampai lirikan saya tertuju tajam pada program Pertamina bertajuk Bimbingan Keahlian Juru Teknik (BKJT). Lagi – lagi, apa yang saya lakukan dilandasi atas pertimbangan “sesuaikah dengan track baby step?” Karena dirasa sesuai, saya pun segera melengkapi persyaratan dan berhasil mengirimkan aplikasi dalam kurun waktu 5 hari.

Tiba waktunya UN, saya menghabiskan waktu saya untuk belajar, mengerjakan soal dan beribadah. Saya lihat beberapa teman saya yang jarang dhuha, mendadak mereka sering dhuha. Saya pun bergeming “Alhamdulillah”, seraya sempat berpikir bahwa mendadak alim waktu Ujian adalah fenomena yang lumrah terjadi pada diri manusia, tapi paling tidak musholla jadi ramai, banyak jamaahnya, banyak pahalanya dan menyenangkan hati saya. Saya melakukan looping aktivitas saya dari UN dimulai hingga UN selesai.
Setelah UN selesai, belajar masih menjadi aktivitas utama saya. Karena waktu itu saya mendapatkan pengumuman lolos ke tahap kesehatan dan kesamaptaan beberapa kedinasan, saya mulai menyiapkan fisik saya. Setiap pagi dan sore, saya melatih kardio saya dengan berlari, malam harinya belajar matematika dan bahasa inggris, sebelum tidur dan sesudah tidur saya selalu push up, wake up dan back up minimal 15 kali. Tak sadar, badan saya “kotak – kotak” dengan sendirinya. Perulangan itu saya lakukan sampai pengumuman kelulusan SNMPTN.
Berlarilah Tanpa Lelah, Sampai Engkau Meraihnya
Saat saya sedang berjuang di medan PTK, pengumuman kelulusan menghujani saya. Saya dinyatakan lulus SMA, diterima di Jurusan Kimia UII Yogyakarta dan lolos ke tahap akhir BKJT Pertamina. Pengumuman yang saya tunggu – tunggu pun keluar, saya diterima di ITS via SNMPTN (undangan) jurusan Sistem Informasi. Saya langsung mencari musholla untuk beribadah dan sujud syukur selama lamanya di sana. Sehari setelah pulang ke rumah dari berjuang di medan PTK, saya membuka internet untuk mencari peluang beasiswa.

Sahabat seperjuangan sewaktu program exchange student di Chiang Mai University Thailand



Pertama kali saya browsing tentang beasiswa, notifikasi beasiswa Nanyang Technological University (NTU) Singapura muncul di browser saya. Saya gali informasi dan mendaftar Beasiswa dari BII Maybank tersebut secara diam – diam. Walaupun nilai UN saya ada yang 4.5, saya tetap memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa luar negeri itu. Setiap saya bolak – balik Blora Semarang, saya selalu izin pada orang tua untuk mengikuti ujian PTK, di samping saya juga ujian PTLN waktu itu.
Nilai UN matematika di SKHUN
Hingga pada waktu itu, saya juga dinyatakan lolos ke tahap seleksi akhir beasiswa sekolah ke NTU Singapura. Saya teringat nasehat guru ngaji saya, “Ridho Allah, Ridho orang tua, Ridho Keluarga”. Di saat makan malam dengan kedua orang tua dan adik saya, saya menceritakan perjuangan dan hasil konkritnya. Dengan bahasa jawa yang mlipit kromo, saya bertutur, “Pak, Buk, Dek, mas dipuntampi wonten UII Kimia, undangan SNMPTN ITS, tahap terakhir Pertamina & Beasiswa teng Singapura, Dos pundi menika, Pak, Buk, Dek?”. Walaupun sempat kaget, orang tua memberikan nasehat bijak pada saya dan didukung oleh adik saya yang mengiyakannya.

Orang tua lebih merestui saya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi negeri & di Indonesia. Bukan karena soal biaya, tapi lebih pada soal administrasi yang terlalu rumit, ketika libur dan orang tua ingin menjenguk saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk melanjutkan studi saya di Sistem Informasi ITS. Walaupun demikian, saya tetap tidak memutuskan perjuangan saya. Saya tetap berjuang untuk belajar, memberikan kebermanfaatan sesuai dengan passion dan keilmuan saya, menapakkan kaki di bumi Allah yang lain untuk berkontribusi menyelesaikan masalah, serta memastikan Mestakung (semesta mendukung).

Sahabat seperjuangan di asrama Heroboyo (Asrama beasiswa rumah kepemimpinan untuk mahasiswa ITS dan Unair)


Alhamdulillah, saya yang hampir lulus memiliki rencana untuk fokus di bidang Manajemen Sistem Informasi dengan mengawali riset saya selama 8 bulan, berkiprah di dunia profesional dan sosial selama 5 tahun sembari mendirikan beberapa start-up sejak sekarang. Di lain sisi, saya tetap menjaga mimpi saya untuk melanjutkan studi magister di Negeri Hittler dan mengambil sertifikasi ITIL, CISA atau PMP. Bulan kemarin, paper saya telah diterima oleh salah satu perusahaan migas terbesar di dunia pada ajang SIS Global Forum, Perancis. Untuk itu, saya mohon doanya pada pembaca agar apa yang diupayakan selama ini sesuai dengan track baby step dan beriringan dengan Mestakung (semesta mendukung). 😊
Tiada ketidakmungkinan di dunia, ketidakmungkinan hanya milik Allah.
Pastikan Allah meridhoi setiap jalan dan mimpi, niscaya ketidakmungkinan berubah menjadi kemungkinan – kemungkinan yang indah dan beranugerah.


Diyan Wahyu Pradana
Mahasiswa Sistem Informasi ITS
Direktur Jenderal Komisi D FSLDK Surabaya Raya
Pegiat Pundi Amal Pemuda Indonesia, Ex-Chief Operational Officer Jahitin.com

(Ulas lebih lengkap tentang penulis di s.id/LinkedInDWP atau s.id/InstaDWP)

Share on Google Plus

About Unknown

0 comments:

Post a Comment