“Kalau sakit kan ke dokter, terus ngapain ada apoteker?”
Hilyatul Fadliyah, Fakultas Farmasi UGM 2013
Justru karena bidang kesehatan bukan hanya kedokteran, saya ingin mencoba mengadu nasib di jurusan tetangganya, farmasi. Ketertarikan saya pada jurusan farmasi sudah saya bangun sejak duduk di tingkat dua sekolah setingkat SMA. Sederhana saja, kelak saya ingin menjadi tenaga kesehatan, tapi bukan dokter. Jauh sebelum itu saya berkeinginan menjadi saintis. Sependek pengetahuan saya kala itu, farmasi lah yang paling tepat menjembatani keinginan saya untuk menjadi saintis (peneliti) di bidang kesehatan. Lebih spesifik lagi : peneliti obat.
Well, meskipun jalan yang harus saya tempuh berliku, saya berusaha meyakini bahwa setiap fase dalam kehidupan pasti ada hikmahnya. Sebelum saya benar-benar terdaftar menjadi mahasiswa farmasi, nama saya sudah tertera di daftar calon mahasiswa prodi ilmu keperawatan di salah satu perguruan tinggi bergengsi di Depok. Jauh sebelum itu, saya tertolak oleh perguruan tinggi manapun lewat jalur SNMPTN dan SBMPTN. Hidup tidak kiamat hanya karena gagal dalam dua ujian, Sob!. Saya bersyukur masih diberikan tekad yang bulat untuk meneruskan langkah perjuangan disertai ridho dan dukungan orang tua yang tiada terhitung besarnya. Hingga sampailah jawaban dari Tuhan YME : segala sesuatu akan indah pada waktunya. Kini saya resmi menyandang status sebagai mahasiswa farmasi di salah satu perguruan tinggi bergengsi di Yogyakarta.
Terhitung sudah empat tahun silam saya menentukan pilihan untuk hidup di dunia farmasi. Kemudian setelah diberikan jalannya, saya mengenal lingkup dan tanggung jawab seorang ahli farmasi nantinya. Saya tidak ragu bahwa ahli farmasi akan bermanfaat bagi masyarakat. Menimbang-nimbang prospect, farmasi menawarkan lapangan pekerjaan yang profitful selain nilai kemuliaan and altruist. Farmasi adalah ilmu yang kompleks tapi spesifik. Banyak cabang ilmu yang harus dikuasai, tetapi beberapa di antaranya hanya spesifik pada jurusan ini. Bukankah jurusan lain juga memiliki kekhasan? Betul, tapi kekhasan pada jurusan lain cenderung bisa dipelajari oleh siapa saja. Tetapi tidak dengan farmasi. Ini sebabnya mengapa farmasi disebut unik, dan keunikan ini yang menjadikannya pantas mendapatkan gelar profesi tertentu. Apoteker (Pharmacist/farmasis) adalah gelar profesi seorang ahli farmasi. By the way, paham kah kamu apakah perbedaan antara profesi dan pekerjaan?. Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang dapat menghasilkan nilai lebih (money oriented), sementara profesi adalah kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia. Bahkan pendidikan profesi sendiri diatur dalam pasal 17 UU 12/2012 tentang Pendidikan Profesi. FYI, banyaknya profesi di Indonesia belum ada sampai 10 loh, coba deh kepoin sendiri!.
Ketika kamu menetapkan hatimu di jurusan ini, kamu akan menemui berbagai hal yang berkaitan dengan obat (Ya jelas lah :p). Mata kuliahnya cenderung diawali atau diakhiri dengan ‘farmasi’, seperti kimia farmasi, farmasi fisik, statistika farmasi, dll. Bagi kamu yang cinta mata pelajaran kimia saat di SMA, farmasi adalah pilihan yang tepat untuk pengembangan dirimu. Bagi yang kurang suka atau bahkan benci (semoga tidak ada ya), coba dipikir ulang daripada di tengah jalan merasa salah jurusan, kan!. Farmasi merupakan jurusan rumpun ilmu kesehatan yang sangat dekat dengan ilmu kimia, dan bukan berarti tidak bersinggungan dengan biologi dan fisika. Semua itu akan kamu temui jika kamu masuk farmasi. Tetapi kimia adalah modal seorang mahasiswa farmasi untuk bertahan di jurusannya dan saat bekerja kelak. Tanpa kimia, bisakah farmasis meyakinkan dokter dan rekan sejawat saat menjelaskan bahwa obat sudah berefek atau belum? Tentu tidak!. Tapi farmasis tahu bagaimana membahasakan kepada pasien dengan bahasa yang merakyat, tenang saja.
Biasanya jurusan farmasi dijadikan sebagai pilihan kedua. Tetapi kamu rela menjadikan jurusan kece ini jadi pilihan kedua kamu?. Rezeki memang di tangan Tuhan, tetapi seorang farmasis punya banyak kesempatan mencari jawaban dari mana Tuhan memberikannya. Farmasis bisa bekerja sebagai apoteker di rumah sakit, klinik atau apotek. Di rumah sakit dan klinik pun farmasis dapat menanggungjawabi bagian manajemen obat dan alat kesehatan. Farmasis dapat bekerja di Industri obat, makanan dan kosmetik sebagai quality control, quality assurance, research and development, marketing dan banyak lagi. Farmasis bisa berkiprah di lembaga pendidikan, penelitian dan kebijakan seperti Kementerian kesehatan dan BPOM. Juga di lembaga pengujian kehalalan seperti LPOM MUI. Farmasis juga dipersiapkan untuk menjadi ahli radiofarmasi dan bioteknologi farmasi. Untuk kamu yang punya gairah menjadi pengusaha pun, farmasi akan memberikanmu banyak ide, tidak percaya? Tantang dirimu masuk farmasi!.
0 comments:
Post a Comment