“Pupus sudah harapanku untuk bertemu dengan oppa oppa ganteng pujaan para gadis labil negeri ini.”
Hallo, itu intermezzo dari saya ya, pasti penasaran kan kalo denger cerita tentang oppa oppa? Hehe. Dan harap dimaklum karena tulisan ini saya tulis dengan Bahasa yang sedikit informal.
Saya mulai cerita ini saat saya dinyatakan lulus dari SMAN 1 Cisarua, dan pasti kebanyakan dari kalian menyangka kalau SMA saya ini terletak di Bogor, kan? Yaa kebanyakan orang berpikir seperti itu, tak terkecuali Ibu saya sendiri yang baru menyadari kalau SMA saya ternyata terletak di Kabupaten Bandung Barat (sebelah barat dari kecamatan Lembang) dan berbatasan langsung dengan kota Cimahi.
Tapi sebelum hari kelulusan, saya sempat mendaftarkan Seleksi Calon Polisi tingkat Taruna (AKPOL), karena sistem seleksinya harus datang ke Polres menurut domisili di KTP kita, maka saya harus bolak-balik Indramayu-Bandung. Yaa lumayan capek dan menguras kantong sih. Seleksi demi seleksi saya jalani, pernah waktu itu saya cek kesehatan di Rumah Sakit Dustira Cimahi untuk melakukan General Medical Check Up, tapi ternyata ditolak sama pihak panitia dengan alasan surat sehat harus dikeluarkan oleh Rumah Sakit dan harus bikin di RSUD Indramayu. Kita skip tentang ini ya, hehe. Pokoknya capa ini itu dan ujung-ujungnya gagal juga. Disisi lain, kebijakan sekolah saya melarang siswanya mengikuti SNMPTN jika siswa tersebut mengikuti seleksi kedinasan. Disisi lain juga emang saya tidak layak dan tidak masuk kriteria untuk mendaftar lewat jalur SNMPTN (sudah kebayang kan saya pas SMA seperti apa? Hehe) kalau belum kepikiran, saya ceritain sedikit deh tentang cerita saya di masa SMA.
Jadi, saya waktu SMA lebih suka kegiatan luar lapangan, seperti paskibra, atau polisi cilik. Di paskibra sekolah saya memegang jabatan sebagai Koordinator Divisi Protokol yang bertugas sebagai penyambung hubungan paskibra sekolah dengan Pengurus Paskibraka di tingkat Kabupaten, Karena saya merupakan Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bandung Barat 2013. Dan di lain organisasi, saya merupakan Komandan (Ketua) di Patroli Keamanan Sekolah (PKS) yaa bisa dibilang organisasi ini adalah tangan kanannya polisi reskrim daerah tertentu. Karena Bandung Barat belum memiliki Polres-nya sendiri, sehingga kami dinaungi oleh Polres Cimahi. Dan dari organisasi inilah keinginan saya menjadi seorang polisi bermula. Saya sangat aktif di kedua organisasi tersebut, sehingga sering melupakan kegiatan akademik saya, saya sering dispen untuk mengikuti program-program dari organisasi ini.
Setelah kelulusan, dan dinyatakan GAGAL di seleksi kedinasan dan SNMPTN, akhirnya saya pulang ke Indramayu, dan saya teringat akan tes SBMPTN. Waktu itu saya ambil jurusan Perikanan, Pertanian, dan Teknologi Pertanian, ketiganya di Unpad. Saya memilih panlok Bandung dan lokasi tes bertempat di SMAN 22 bandung. Entah terlalu malas atau apa, di hari-H, saya bangun tidur jam 10 siang dan masih di Indramayu. Kacau memang hidup saya waktu itu, saya masih saja mengharapkan tes polisi di tahun depan.
Tapi harapan saya ini berbuah nihil besar. Setiap hari kerjaan saya hanya tidur-tiduran, makan, nongkrong dan menghabiskan uang orang tua saya. Sehingga mau tidak mau, saat itu saya harus bekerja, bekerja kasar tepatnya. Awalnya saya bekerja di perusahaan freezer di Pantai Karang Song. Tugasnya yaitu membuat saluran pipa yang bisa dialiri udara dari mesin pendingin, sehingga kabin yang penuh ikan tetap dalam temperature yang rendah dan ikan di dalamnya tetap segar. Ini adalah salah satu pekerjaan yang berat untuk saya, bekerja saat bulan puasa, saat tengah hari dan di pinggiran pantai. Pernah sekali saya bekerja sambil menangis karena beratnya pekerjaan ini, tapi disisi lain saya memikirkan beban orang tua di rumah. Tapi apalah daya, setelah bekerja selama satu minggu, akhirnya saya benar-benar keluar dari pekerjaan berat yang hanya dapat 60 ribu perhari itu.
Setelah itu, saya bekerja di proyek pembangunan wadah besar minyak pertamina di Pantai Balongan. Tidak jauh beda dengan pekerjaan pertama, tetapi dengan waktu kerja yang lebih sedikit dan makan siang dengan nasi Padang. Hehe. Dan saya berhenti saat proyek itu telah rampung, yaaa sekitar tiga mingguan. Dan akhirnya kembali ke rutinitas yang pertama setelah lulus; NGANGGUR.
Hingga akhirnya saya mendapatkan info kerja ke Korea Selatan, yaa denger-denger sih gajinya bisa nyampe 50 juta perbulan, siapa yang tidak tergiur dengan itu?! Akhirnya, bulan Januari, saya pergi ke Kursus Bahasa Korea Yoboseyo Jakarta, Bekasi. Disana saya belajar Bahasa Korea selama satu bulan di kelas regular dan masuk kelas Sonbae (kelas senior) setelah selesai di kelas regular. Bisa dibilang saat saya belajar disana, saya merupakan siswa terpintar di kelas (siswa lainnya sudah berkepala 2 atau 3 soalnya). Saya diajar oleh Pak Damar, alumnus Bahasa Korea, Universitas Gadjah Mada.
Tapi nahas bagi kami, usaha kami untuk bertemu oppa-oppa Korea pun kandas, Karena banyaknya WNI Ilegal yang bekerja di Korea Selatan, yang juga menutup kesempatan kepada kami –para jalur pemerintah untuk mengikuti ujiannya. Pemerintah berfokus untuk memberantas dan memulangkan WNI illegal dan membuka kembali seleksi untuk jalur pemerintah. Dengan segala kepusingan, sayapun pulang ke Indramau untuk mendaftar SBMPTN.
Saya harus bolak-balik bandung-Indramayu untuk mengurusi segala administrasi pendaftaran. Saya mendaftar SBMPTN jalur Bidikmisi bersama kawan-kawan saya yang belum rezeki untuk masuk kuliah tahun lalu dan beberapa kawan yang ingin pindah jurusan. Saat semua berkas sudah lengkap, saya teringat akan Ustad saya semasa SMA yang setiap waktu saya dzalimi, saya sakiti karena kenakalan saya. Beliau merupakan guru Bahasa Arab dan guru Agama kami, sekaligus menjadi pembina harian di asrama. Sehingga saya putuskan untuk mengambil jurusan Sastra Arab. Kebingungan lainnya adalah memilih Kampus. Jujur, saya sangat mengidam-idamkan untuk bisa masuk UI. UI adalah kampus idaman saya sejak pertama masuk SMA. Dengan kebanggaan almet berwarna kuning mencrang yang mungkin akan sangat kontras dengan kulit saya saat saya memakainya. Tetapi, saat saya bertanya kepada teman-teman saya, 9 dari 10 orang mengatakan UGM lebih baik daripada UI, loh ko bisa? Padahal saya piker UI adalah kampus terbaik dan letaknya sangat strategis di Kota Metropolitan. Dan akhirnya, keputusan saya adalah mengambil Sastra Arab UGM. Keputusan ini saya ambil karena guru Bahasa saya semasa di Bekasi yang merupakan alumnus UGM.
Saat pemilihan jurusan yang dituju saat SBMPTN, saya saat itu sangat menyukasi sastra. Sehingga pilihannya adalah; 1. Sastra Inggris UGM, 2. Sastra Arab UGM, 3. Sastra Arab Unpad. Sastra Arab Unpad adalah jurusan “cari aman” saya, Karena passing gradenya yang terlampau rendah jika dibandingkan dengan jurusan yang ada di UGM.
Karena waktu sangat sempit waktu itu, dan saya mengambil jurusan yang melintas dari jurusan saya, sehingga saya melakukan sistem kebut belajar, saya belajar SBMPTN hanya 4 hari dan mengambil panlok Cirebon. Ujian telah selesai, saya tinggal menunggu hasil SBMPTN. Waktu itu saya menemani paman saya di Magelang. Hingga akhirnya pengumuman SBMPTN pun akan rilis di jam 14.00. saat itu saya ditelpon oleh Ibu setiap saat, sepertinya Ibu saya jauh lebih kepo daripada saya sendiri. Hehe.
Malam sebelum pengumuman, saya bermimpi lolos di pilihan ketiga saya –Sastra Arab Unpad, tetapi saat pembukaan pengumuman, saya dinyatakan LOLOS di SASTRA ARAB UGM. Perasaan senang, haru, sedih bercampur aduk, mungkin itu adalah salah satu perasaan terlangka yang saya alami, selain perasaan saat nembak doi, hehe. Apa rahasianya orang sebodoh saya bisa masuk UGM?
Jadi, saya diceritakan oleh Ibu, kalau Ibu itu hanya tidur beberapa jam saja pada malam sebelum pengumuman, Ibu salat malam dengan rakaat yang tidak bisa Ia hitung lagi, dengan air mata yang entah menetes berapa kali, dengan bibir yang berdoa entah seberapa kering. Ibu berdoa sampai fajar terbit, mendoakan anaknya yang sudah berjuang dan menunggu hasil perjuangannya. Wal hasil, saya sangat percaya, lolosnya saya di UGM ini bukan karena saya yang superior, yang belajar Cuma 4 hari tapi bisa masuk ke kampus favorit, tapi saya percaya bahwa perjuangan Ibu saya yang sangat tekun berdoa, Ibu saya yang selalu meminta kepada Yang Punya Hak agar memberikan kesempatan kuliah itu kepada saya.
Pesan saya kepada adik-adik, niatkan ujian masuk kampus kalian atas dasar pengabdian kepada diri, orang tua, dan lingkup yang lebih besar lagi. Jika kita punya salah kepada orang tua kita, segeralah meminta maaf, segeralah bertaubat. Berbakti kepada orang tua dan meminta kepadanya agar selalu berdoa untuk kesuksesan kita. Sukses selalu adik-adikku. Selamat berjuang!!!
Salam manis, ku tunggu kalian agar sukses di kampus yang kalian idam-idamkan.
0 comments:
Post a Comment