Bagi seorang penulis, karya yang harus ia buat
tentunya dalam bentuk tulisan. Bisa berupa artikel maupun buku. Bisa dalam
bentuk fiksi maupun nonfiksi. Menulis adalah sebuah proses yang cukup rumit dan
panjang, dan untuk menempuhnya dibutuhkan, konsistensi, kesabaran, dan
ketekunan. Jika tidak ada hal-hal tadi, maka karyakarya itu tidak akan selesai.
Kalaupun kita bisa memulai sebuah tulisan, jika tanpa konsistensi, kesabaran,
dan ketekunan, maka tulisan itu tidak akan bisa kita tuntaskan. Padahal penulis
yang baik itu bukan hanya bisa memulai sebuah tulisan, tetapi juga mesti bisa
mengakhirinya. Tulisan ini ingin memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana
proses terbentuknya sebuah karya. Hal yang paling pertama harus dilakukan
seorang penulis adalah memunculkan ide cerita yang hendak ia tulis.
Proses ini harus terjadi, jika tidak,
proses-proses selanjutnya tidak akan pernah ada. Seorang penulis mesti tahu apa
yang hendak ia tulis. Cukup banyak orang yang bertanya bagaimana caranya agar
seorang penulis selalu memiliki ideide tulisan yang segar dan unik? Sebagian
lainnya merasa pusing tentang apa yang mesti mereka tuliskan. Sebenarnya
jawabannya cukup sederhana, selama ada kehidupan pasti akan selalu ada kisah
yang menarik untuk dituliskan. Sesederhana apa pun kisah itu, pasti ia akan
selalu memiliki daya tarik. Ide-ide cerita itu akan selalu ada di sekitar kita,
dan kita bisa mengambilnya dari mana saja. Ketika ide cerita itu sudah muncul
di benak kita, berupa gambaran global dari kisah yang akan kita garap, langkah
selanjutnya adalah menuangkan ide besar itu dalam bentuk kerangka dasar.
Kerangka dasar inilah yang berperan besar
untuk menentukan seperti apa tulisan yang akan kita buat. Kerangka pula yang
akan memandu kita dalam menuangkan isi pikiran kita berupa tulisan sejak awal
hingga selesai. Sumber-sumber kepustakaan tentunya amat penting dan amat kita
butuhkan. Langkah selanjutnya setelah kerangka dasar terbentuk adalah berburu
berbagai referensi yang berhubungan dengan tulisan yang akan kita garap.
Sumber-sumber rujukan ini bisa dalam berbagai bentuk, umumnya berupa buku,
artikel, dan berbagai bentuk tulisan lainnya. Jika diperlukan, bisa pula diburu
informasi dengan cara mewawancarai narasumber. Sumber rujukan lainnya bisa pula
didapat dari melakukan riset atau penelitian. Setelah berbagai data yang kita
perlukan berhasil dihimpun, langkah selanjutnya adalah mempelajari berbagai
data tersebut. Langkah ini tentu saja akan memperkaya wawasan tentang tema yang
sedang digarap.
Di sanalah relevansinya sebuah pepatah: “Untuk
menulis, maka haruslah membaca.” Setelah semua proses di atas kita jalankan
dengan baik, saatnya kita meramu kata-kata dan dirangkaikan dengan berbagai
data yang sudah kita olah dan pelajari. Dengan menjadikan kerangka dasar
tersebut sebagai panduan, maka tentu saja akan lebih memudahkan kita menuangkan
berbagai ide dalam benak kita. Seluruh tahapan ini dari awal sampai dengan
akhrinya haruslah dijalankan dengan sabar, tekun, dan konsisten. Tanpa kesabaran,
ketekunan, dan konsistensi, maka karya yang sedang digarap ini tidak akan bisa
diselesaikan dengan baik.
Apa yang sudah kita kerahkan sedari awal
tentunya akan sia-sia belaka. Proses menghasilkan sebuah karya mirip sekali
dengan seorang ibu yang sedang mengandung janin di dalam rahimnya. Dia harus
menjaganya dengan baik dan merawatnya dengan penuh kasih sayang, sekaligus
menggenapkan waktu persemayaman janin itu di dalam rahimnya. Ia harus
menjalankan semua itu dengan sabar, tekun, dan konsisten, kelak ketika waktunya
sudah tiba, karya itu akan lahir dan membawa barokah, kebahagiaan, dan manfaat
bagi semua. Insya Allah. [RED/MFM]
#sharingbareng
sumber gambar: theodysseyonline.com


0 comments:
Post a Comment