Berjuang dari Minoritas
Ulfah Choirunnisa - PW Geografi UGM 2015
Apa kata pertama yang akan kamu ucapkan ketika mendengar kata ‘UN’?
Kalau anak SMA yang denger mostly akan mengeluarkan keluhannya, teriakannya, sad face nya, atau the other negative expressions sebelum memberikan kata pertamanya untuk UN.
Sebelum mengulik lebih jauh tentang kisah UN, ada baiknya kita cari tau dulu arti UN -yang sebenernya sejuta umat udah tau kepanjangannya dan maknanya. Yups, UN merupakan singkatan dari United Nations Ujian Nasional. Sesuai dengan namanya, Ujian ini dilangsungkan secara serentak berskala Nasional, seluruh Indonesia. Karena serentak, otomatis waktu dan soal siswa-siswi yang mengikuti UN sudah pasti sama (tergantung paketnya sih). Tapi ternyata ada yang spesial di Tahun 2017. UN dilaksanakan secara tidak serentak karena berbenturan dengan hari libur di Provinsi Bali, terdapatnya UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), serta UNBKP (Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil) #CMIIW. Jangan sedih, itu rezeki kalian sebagai bagian dari generasi millennial, generasi yang mengalami modernisasi zaman. Adanya dua jenis ujian yang berbeda ini sejatinya memang menambah deg-degan hati dalam menghadapi UN.
Bicara tentang deg-degan, adalah wajar bagi kalian anak-anak SMA yang sebentar lagi akan ‘tempur’. Hal ini seakan telah menjadi tradisi bagi kita semua, baik generasi sebelum kalian atau generasi kalian saat ini. Tahun 2015, tepatnya pada tanggal 13,14,15 April anak-anak SMA angkatan 2015 solid deg-degan. Tiga hari berturut-turut dengan dua mata pelajaran setiap harinya akan menentukan 3 tahun kita. 3 hari untuk menentukan 3 tahun kita. Pikiran jelek pun tak henti-hentinya datang menyambangi. Apalagi pikiran ‘Nanti kalau aku nggak lulus gimana ya?’ Naudzubillah, hilangkan pikiran itu jauh-jauh teman! Sungguh, sugesti benar-benar mempengaruhi kinerja kita dalam berusaha. Disini, sedikit akan kuceritakan pengalaman UN ku di tahun 2015 serta sedikit menyelipkan tips-tips buat kalian. Check this out!
Make a Circle of Study!
Dulu, saat aku SMA, aku ‘terdampar’ di sebuah kelas yang berisi teman-teman Bahasa Jerman yang aku tidak begitu dekat dengan mereka (in case: aku ambil bahasa pilihan bahasa Jepang). Hanya 9 dari 36 orang yang merupakan anak jejepangan, tentunya yang aku lebih mengenal mereka setidaknya lebih dekat. Saat itupun aku merasa berbeda, menjadi minoritas yang tentu harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Hm, imagine how I could divide my time to adapt myself and to study for the war. Mau mengabaikan adaptasi, tapi itu tidak bisa. Kita butuh suasana yang nyaman dengan support dari teman-teman seperjuangan. Salah satunya adalah dengan mengenal mereka lebih dekat. Kalau udah deket, mau ngapa-ngapain enak. Apalagi belajar bareng. Biar enggak dibilang bucik (Bucik: buru licik, artinya: diam-diam belajar sendiri. Bilangnya sih ga belajar eh pas keluar nilai, nilainya paling bagus kan sedih T_T)
Lanjut, akhirnya aku dan salah satu temanku dari jejepangan –yang tadinya enggak deket jadi suka bareng, dan belajar bareng. Kita saling bercerita dan sama-sama baru tau if we have the same feeling: minority just kind of ‘something’. Kita bertekad bersama, membuat mimpi bersama, menuliskan mimpi, membuat sugesti, saling mengingatkan, dan akhirnyaa kita sepakat untuk membuat jadwal rutin belajar dengan mentor (temen sendiri) dari high grade class sebelah.
Jadwal kita belajar adalah Rabu sore, Jum’at sore, dan tambahannya di minggu pagi. Hari Senin, selasa, Kamis, kami les di luar sekolah untuk memperkaya pikiran dan soal. Kami membuat jadwal apa aja yang harus dipelajari dan siapa yang harus bawa soal untuk dibahas. Tempat les yang berbeda-beda memberikan kita keuntungan untuk saling sharing soal dan pembahasan. Menghindari bucik, dan karena pengen sukses bareng ea kita pun ajak temen-temen yang pada mau ikutan juga. Kelompok studi sangat-sangat diusahakan untuk seproduktif mungkin, seefisien mungkin dengan banyak variasi soal yang kita dapat.
Rabu atau jum’at sore biasanya kita small circle studying, Belajar dengan kelompok kecil –atau bahkan Cuma berdua dengan teman perempuan jejepangan di perpustakaan sekolah sampai perpus tutup. Kalau bosan, kita pindah ke tempat makan –paling sering di KF*C dengan menu pesanan float dan sundae (gocengan) Meskipun KF*C adalah tempat yang cukup ramai, tapi ketahuilah teman, sungguh sangat nyaman kalau kita belajar disitu, asalkan niatnya belajar wkwk. Tempat terakhir: kalau capek kita nginep dirumahku.
Sedangkan jadwal belajar di Hari Minggu adalah keliling rumah-rumah temen untuk belajar. Dengan kelompok belajar beranggotakan sekitar 10 orang dari lain-lain kelas dan ada mentor-mentor yang ahli –temen sendiri sih, belajar menjadi semakin bersemangat dan no fafifu, kita semua selalu bisa mengatur waktu, kapan kita harus belajar beneran dan kapan kita harus sejenak mengistirahatkan mata dari soal-soal yang bejibun. Hari Minggu biasa kami habiskan dari jam 10 pagi sampai jam 5 sore. Cukup padat memang, tapi bukannya Berakit-rakit dahulu, berenang-renang kemudian?
Usaha yang dimaksimalkan di 3 bulan sebelum UN saat itu merupakan sebuah perjuangan kita untuk berkontribusi 30% nilai untuk SNMPTN. Karena pada saat itu nilai SNMPTN diformulasikan dari nilai semester 1-5 dan 30% nilai UN. Meskipun dikit, tapi kan bisa membantu lah ya demi UGM yang kami impikan.
Siapkan Kekuatan Mata 100 Megawatt
Waktu berjalan sangat-sangat cepat hingga kita mencapai malam dimana esok hari akan tempur. Saat-saat yang seperti ini sangat disarankan untuk belajar seperlunya saja, mereview seperlunya saja dan jangan sampai stress atau begadang yang akan menyebabkan efek domino: bangun kesiangan esoknya atau nguaanntuk luar biasa saat mengerjakan soal. Seperti yang dibilang tips-tips diluar: tidur lebih cepat sekitar jam 8 atau jam 9 adalah tips yang realistis dan aku pun setuju dengan itu. Mengistirahatkan otak itu perlu teman, ojo spaneng terus! Kalau kita sudah berusaha semaksimal mungkin, maka serahkan semuanya pada Allah, tawakal di awal waktu, berserah diri dengan apa yang akan Ia berikan. Ingat, hasil tidak pernah mengkhianati usaha ☺
Tibalah hari dimana kita siap tempur. Hari pertama kami disuguhkan oleh Bahasa Indonesia dan Biologi. Sebelum pergi kesekolah, jangan lupa minta do’a restu orang tua, sholat dhuha, dan sarapan. Pergilah kesekolah dengan wajah dan hati yang bersih karena bakal dapet snack gratis. Di Sekolah, saat itu kita –anak kelas 3 SMA berasa menjadi tamu spesial. Bagaimana tidak, banyak guru sekaligus kepala sekolah yang menjadi pagar betis di depan sekolah untuk memberikan do’a dan semangat untuk kita *terharu* tentu hal itu jangan dianggap remeh karena dengan semangat yang diberikan, taruhlah pada sugesti kalian agar mengerjakan soal bisa semudah membalikkan telapak tangan.
A Moodboster Breaker-Night!
Masuklah kami pada malam pertempuran hari kedua, Matematika dan kimia. Kalau ini, aku sarankan untuk tetap berlatih soal-soal meskipun soal yang jenisnya ringan. Soal yang ku kerjakan saat itu adalah soal-soal dari buku detik-detik. Saat sedang asik-asiknya bisa menemukan jawaban soal, tiba-tiba handphone di sebelahku bergetar sangat sering. Karena penasaran, ku buka lah whatsapp dan menemukan grup chat kelas sudah ratusan chat. Hah ada apa?
“Heh soal UN kata anak SMA ‘x’ bocor lhoo katanya udah menyebar di Jogja!!”
Hah? Bocor?! Panik tentu, rasanya seperti jatuh dari lantai 9. Ya gimana ga kaget dan panic ketika kalian udah belajar dengan sangat produktif akhirnya dapet kabar gitu. Seketika menurunkan semangatmu. Mana katanya, lengkap soal 5 paket beserta jawabannya.
Speechless.
Karena belum menghadapi ujian dan belum bisa memberikan pembenaran bahwa soal itu mengalami kebocoran yang haqiqi, semangat malam itu perlahan masih bisa dikumpulkan lagi dengan cara mematikan handphone –biar ga kepikiran.
Keboocoran yang Haqiqi
Esok harinya kami masih bungkam. Masih biasa saja seolah-olah kita tidak tahu menahu ada kebocoran karena kita memang tidak mendapat bocorannya. Kami mengerjakan soal seperti biasa, dan sebenernya seneng sih karena soal-soal buah kita ngumpulin soal keluar di UN hanya saja, angkanya berbeda. Alhamdulillah.
UN hari kedua selesai. Desas-desus kebocoran soal mulai viral, teman dari SMA sebelah mengatakan bahwa soalnya sama persis dengan kebocoran dan ternyataaaa.. detik-detik hari sebelum UN, soal tersebut SUDAH DIBAHAS DI BIMBEL-BIMBEL GAISS *Nangis darah* T^T –Tapi bukan bimbel yang kita ikuti karena kita lesnya di guru sendiri dan mentor lain. Kami berkumpul untuk berunding dan menyampaikannya kepada wakil kepala sekolah. Datanglah kami ke ruang panitia dan ternyataaaa… guru-guru pada shocked, mereka belum tau hal ini dan baru akan mengusut ketika kami sampaikan keluhan kebocoran soal ini T^T.
Keep Calm, Stay Cool
Sudah jatuh tertimpa tangga, kemudian ada isu bahwa nilai UN kita tidak akan digunakan untuk formulasi SNMPTN karena bocornya soal yang akan dianggap timpang hasilnya dengan SMA yang telah membahas dan mendapat soal tersebut dengan yang tidak. Huh hah.. rasanya ingin makan 200 kg cabai T^T.
Jika dibilang sedih, tentu sedih tapi ada hal lain yang perlu disikapi. Adalah keridhoan Allah terhadap apa yang telah diusahakan. Kami mempercayai jelas hal tersebut dan membuat kesepakatan bahwa kita tetap akan berusaha untuk mendapatkan nilai UN yang kita harapkan.
Kami sepakat untuk tetap mengerjakan soal UN sesuai dengan usaha kita. Tetap tenang, seolah tidak terjadi apa-apa meskipun masih terpikirkan UN di sekolah yang lain. Hari-hari UN memang seharusnya tidak boleh ada kepanikan di dalamnya, tetaplah tenang teman! Pasti ada hikmahnya kok, yaquin.
Integrity is more than anything!
Setelah kejadian kebocoran soal tersebut, kami kemudian berkontemplasi: bukan nilai yang kami cari, perkara akan dimasukkan kedalam formula nilai SNMPTN atau tidak. Ada yang lebih penting dari itu yakni nilai integritas, kejujuran. Kejujuran merupakan karakter mulia yang harus dijunjung tinggi. Dengan jujur, inshaAllah akan mendapatkan yang terbaik. Misalkan kita menggunakan bocoran soal dan NEM kita sekitar 58 atau bahkan 60. Tapi bisa jadi dengan nilai itu kamu tidak jadi lolos SNMPTN hanya karena Allah tidak ridho dengan apa yang telah kamu peroleh.
Hasil Tidak Pernah Mengkhianati Usaha
Hari terakhir tempur, semangat mengalami degradasi yang cukup drastic namun kejujuran dan integritas menjadi penyemangat untuk mendapatkan ridhoNya. Kejujuran membuat kita tenang dan terus menguatkan do’a dengan harapan akan mendapat nilai sesuai yang diharapkan dan tentunya, dengan ridhoNya.
Kira-kira sebulan setelah itu, pengumuman SNMPTN keluar, Alhamdulillah kami temukan 9 nama dari kami ada di list penerima SNMPTN. Satu orang belum berhasil karena factor kesalahan dalam membuat pilihan. Namun sepertinya Allah memberikan jalan lain untuknya. Melalui SBMPTN, satu teman kami itu akhirnyaa lolos sesuai dengan passionnya dan apa yang ia citakan sejak di SMA.
Sebulannnya lagi, kami wisuda dan itu artinya kami akan mengetahui nilai UN kami. Deg-degan pasti, tapi lagi-lagi kejujuran telah menenangkan dan menguatkan hati kami.
Hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Atas segala usaha yang kita lakukan, hasil itu benar-benar nyata, kami peroleh NEM sesuai dengan yang kami target. Overall, dari kelompok studi, nilai kami sesuai target tapi ada juga yang belum sesuai misalnya target 50, tapi dpetnya 49.50. Bahkan beberapa menjadi Bintang sekolah atas nilainya yang paling tinggi sesekolahan.
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?
No Fears, Just Face UN!
Jalan para pemimpin, jalan para orang-orang sukses memang sulit dan berliku. Hal yang perlu diperhatikan adalah berikhtiarlah semaksimal mungkin, jangan sampai tergoda dengan melakukan penyimpangan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Niat yang salah tidak akan pernah bisa membuat perlakuan salah menjadi benar.
Berusahalah teman-teman, jaga kesehatan, atur waktu, banyakin berdo’a, dan tawakkallah di awal waktu, junjunglah integritas untuk memperoleh ridhoNya. Semangat, UN bukan hantu, UN bukan hal yang untuk ditakuti, UN adalah pengevaluasi diri, jangan ditakuti! UN itu bukan untuk ditakuti, tapi dihadapi! Raut pensilmu dan bertempurlah dengan hati yang bersih!
Leiden is Lijden, Salam Kejujuran, Salam integritas! ☺
sumber gambar: solopos.com


0 comments:
Post a Comment